BAB
1
PENDAHULUAN
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? “ (QS. Al-Maa’idah: 48-50)
Setelah
berbicara mengenai Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. dan Kitab
Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as, kini surat al-Ma’idah ayat 48
menerangkan tentang al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat di
atas menjelaskan kebenaran yang terkandung di dalam al-Qur’an, yakni
membenarkan dan sekaligus meluruskan Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum
al-Qur’an. Membenarkan dalam artian kata membuat syariat baru, yaitu syariat
yang diusung oleh Nabi Muhammad Saw, karena dengan turunnya al-Qur’an ini sudah otomatis
membatalkan syariat-syariat yang sebelumnya sudah ada. Lalu ada sebuah
pertanyaan yang timbul mengenai hal ini, yaitu kenapa Allah SWT. merubah
syariat-syariat yang sebelumnya?
Seandainya Allah
SWT. menghendaki kaum Nabi Musa as., kaum Nabi Isa as., dan kaum Nabi Muhammad
Saw. menjadi satu kaum yang padu, pasti Allah SWT. bisa saja melakukan hal
tersebut, namun Allah SWT. ingin menguji hamba-hamba-Nya agar hamba-hamba-Nya
mempotensialkan segala hal, baik itu mengenai syariat maupun potensi-potensi
yang lainnya. Oleh karena itu semenjak datangnya Islam, agama-agama samawi yang
lainnya sudah terhapuskan. Bahkan agama Islam ini adalah satu-satunya agama
yang diridhai oleh Allah SWT. terhitung semenjak mulai diutusnya Nabi Muhammad
Saw. menjadi Rasul hingga hari kiamat nanti. Allah berfirman: “Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali ‘Imran: 19).
Melalui tuntunan syariat yang baru inilah kita semuanya berlomba-lomba dalam
kebaikan dan berbuat aneka kebajikan, tidak ada gunanya lagi menghabiskan waktu
dengan sia-sia dan berdebat yang tiada artinya, karena manusia semuanya akan
kembali kepada Allah SWT. dan jalan satu-satunya menuju hal itu melalui syariat
dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi yang terhebat yaitu Nabi Muhammad Saw. Di
dalam internal Islam sendiri telah banyak terjadi perbedaan dan perselisihan
pendapat mengenai hal-hal yang furu’iyah, namun anehnya masih banyak yang
menganggap perbedaan ini menjadi hal yang sangat istimewa dan bahkan tidak
jarang akan menjadikan ta’ashub buta yang akan menjurus kepada pertengkaran.
Seharusnya
sebagai umat Islam sudah tidak pantas lagi untuk bertengkar, sudah tidak
zamannya lagi untuk mencari-cari kesalahan kelompok lain, namun yang seharusnya
dilakukan adalah mencari persamaan-persamaan yang ada, bukan perbedaan. Dan
kita semua yakin bahwa persamaan-persamaan yang ada lebih banyak dari pada
perbedaannya, mungkin jika dipersentasikan 95% banding 5%. Astaghfirullah lalu
apakah kita akan mengambil yang 5% ketimbang yang 95%, sungguh zalimnya
orang-orang yang mengambil 5% itu. Kemudian meluruskan kitab-kitab Samawi
sebelumnya, yakni memperbaiki dan mmembatalkan kitab-kitab yang sebelumnya,
karena tidak bisa dipungkiri lagi jikalau Kitab-Kitab Samawi yang lainnya telah
terkontaminasi oleh perkataan-perkataan manusia yang tidak bertanggung jawab
sehingga merubah wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Contohnya Kitab
kebanggaan Umat Kristiani yaitu Injil. Mungkin banyak yang mengkritisi tentang
penggunaan kata “Injil” tersebut, ada yang mengatakan bahwa yang dijadikan
kitab sandaran oleh Umat Kristiani bukanlah Injil asli, tetapi lebih tepatnya
adalah Perjanjian Baru. Karena injil yang sebenarnya adalah kitab yang
diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Isa as. tanpa adanya tambahan-tambahan
dari manusia. Sedangkan Perjanjian Baru yang diterbitkan antara tahun 50 Masehi
hingga tahun 100 Masehi ini mula-mula adalah surat-surat Paulus, kemudian
barulah judul-judul yang lainnya ditambahkan. Beberapa abad sesudah Masehi,
Gereja baru mensahkan Kitab Perjanjian Baru tersebut setelah urutannya diubah
dan sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah Keselamatan manusia. Oleh karena
itulah al-Qur’an sebagai kitab yang membenarkan cocok bagi semua umat, bukan
hanya umat Islam saja tetapi untuk umat secara keseluruhan, seperti apa yang
difirmankan oleh Allah dalam surat al-An’am ayat 90 yang artinya “Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk
mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan
(Al-Quran).” Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.”.
Namun sayangnya kebanyakan umat yang masih berpegang kepada kitab-kitab Samawi
enggan untuk menerima al-Qur’an sebagai pelurus dan pembenar, padahal
kitab-kitab mereka tidak murni lagi, banyak terjadi tambahan-tambahan yang
tidak dikehendaki oleh Allah SWT. bukan hanya itu saja kitab-kitabnya pun sudah
dialihbahasakan yang akan merusak makna yang terkandung. “Tidaklah mungkin Al
Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan
kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta
alam. (QS. Yunus: 37)
BAB 2
ISI
2.1
Pengertian Iman kepada Kitab Kitab Allah
Menurut
pengertian bahasa, kata kitab artinya
buku, surah kiriman dan hukum (peraturan).
Sedangkan kata iman menurut bahasa
arab yaitu أَمَنَ- يُؤْمِنُ-
إِيْمَان
artinya membenarkan dan menurut istilah iman ialah kepercayaan dalam hati,
meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW.
Dari
dua pengertian itu, secara terminologi, iman kepada kitab Allah dapat diartikan
sebagai memercayai atau meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab
kitab-Nya kepada para rasul-Nya agar kitab kitab-Nya itu dijadikan sebagai
pedoman hidup umat manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Dalam
ajaran islam, beriman kepada Kitab Kitab Allah, termasuk rukun iman dan ciri muttaqin (Q.S. Al Baqarah,2:4). Oleh
karena itu, hukum beriman kepada kitab kitab Allah adalah fardu ‘ain. Orang yang mengaku agama islam, tetapi tidak beriman
kepada Kitab Allah dapat dianggap murtad.
Beberapa kitab kitab
Allah yang diwahyukan sebelum turunnya Al Qur’an adalah;
·
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa
AS (Q.S. Al-Maidah,5;44
·
Zabur diturunkan pada Nabi Daud AS
(Q.S.Al-Isra 17;55)
·
Injil kepada Nabi Isa AS (Q.S.Al-Maidah,5;46)
·
Sahifah-Sahifah
atau lembaran lembaran firman Allah kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS
(Q.S An-Najm,53;36-37)
Terhadap kitab-kitab Allah sebelum
Al -Quran dan sahifah-sahifah
tersebut, setiap muslim dan muslimat secara ijmali,
artinya harus percaya saja. Sedangkan mengetahui dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam kitab-kitab Allah sebelum
Al-Qur’an dan sahifah-sahifah
tersebut bukan merupakan suatu kewajiban. Hal ini disebabkan karena kedudukan kitab-kitab Allah dan sahifah-sahifah sebagai pedoman hidup
umat manusia berakhir setelah wahyu Al-Qur’an turun.
Al-Qur’an adalah kitab Allah terakhir yang diturunkan kepada
Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Seluruh umat manusia yang hidup sejak
Al-Quran turun sampai akhir jaman wajib menjadikan Al-Quran sebagai pedoman
hidupnya. Dalil naqli bahwa Al-Quran merupakan kitab Allah yang terakhir adalah
firman Allah dalam surah Ali-Imran,3;2-4.
Sikap dan perilaku seorang muslim
terhadap Kitabullah Al-Quran wajib
beriman secara tafsili artinya harus
meyakini akan kebenaran nya, mengetahui isi ajarannya dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Beriman kepada kitab kitab Allah
merupakan rukun Iman yang ketiga. Umat islam wajib percaya dan meyakini dengan
sungguh sungguh.
Firman Allah SWT
ياَأَيُّهَاالَّذِيْنَأَمَنُوْابِاللهِوَرَسُوْلِهِوَاْلكِتَبِاَّلذِيْنَزَّلَعَلَىرَسُوْلِهِوَاْلكِتَبِاَّلذِيْأَنْزَلَمِنْقَبْلُ…
.(النساء : 136
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, tetaplah kamu sekalian beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya.”(Qs.An-Nisa’:136)
Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Kami
telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di
antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang, niscaya Allah
menghendaki niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu.Maka berlomba-lombalah bebuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya….(al-Maidah :48)
Kitab-kitab
yang dimaksud dalam ayat di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah dan
larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan
agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.Kitab-kitab Allah
swt.diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran
pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah swt.
Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan
keadaan umat pada waktu itu.
2.2
Nama Nama Kitab Allah dan Rasul yang Menerimanya
Di antara kitab-kitab
Allah swt.yang wajib kita imani ada empat (4) yaitu:
a. Kitab Taurat
Kitab
Taurat diwahyukan Allah swt.kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman hidup bagi
kaum Bani Israil.
Firman Allah swt:
(إِنَّاأَنْزَلْنَاالَّتوْرَاةَفِيْهَاهُدًىوَّنُوْرٌ…(المائدة:44
Artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan
cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44)
Artinya
: “Dan
Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu
petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil
penolong selain Aku”. (QS. Al-Isra’:2)
Kandungan kitab Taurat:
a.
Perintah
mengesakan Allah SWT.
b.
Larangan
membuat dan menyembah patung berhala.
c.
Larangan
menyebut Nama Allah SWT. Dengan sia-sia.
d.
Perintah
mensucikan hari Sabtu.
e.
Perintah
menghormati ayah dan ibu.
f.
Larangan
membunuh sesama manusia.
g.
Larangan
berbuat zina.
h.
Larangan
mencuri.
i.
Larangan
menjadi saksi palsu.
j.
Larangan
mengambil istri orang lain.
Taurat
asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi.Yang
beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah Taurat asli, melainkan
palsu.Sebab, mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya (ajarannya).
Para ulama pun sepakat bahwa taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat
yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan
orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda.
Allah berfirman:
( مِنَالَّذِيْنَهَادُوْايُحَرِّفُوْنَاْلكَلِمَعَنْمَوَاضِعِهِ…(النساء:
75
Artinya: “Yaitu
orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(Qs.
An-Nisa’46).
b. Kitab Injil
Kitab
Injil diwahyukan oleh Allah swt.kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil yang asli
memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah
SWT agar manusia mengesakannya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun,
juga menjelaskan bahwa di akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir. Kitab Injil
yang beredar sekarang hanyalah hasil pikiran manusia bukan wahyu Allah .
Misalnya Kitab Injil matius, Injil lukas dan Injil Johanes. Antar Injil
tersebut banyak terdapat perbedaan dan bahkan bertentangan. Menurut para ahli,
isi dari kitab Injil adalah biografi Nabi isa a.s. dan keyakinan yang ada di
dalam ajarannya merupakan pikiran paulus, bukan pendapat orang-orang harawi
(pengikut-pengikut nabi isa a.s.) .Ada juga yang dinamakan Injil Bernabas, oleh
para ulama dianggap sesuai dengan ajaran tauhid. Namun Injil jenis ini tidak
dipakai oleh orang-orang Kristen (Nasrani). Dengan demikian, yang wajib
dipercayai oleh umat islam hanyalah Injil yang diturunkan Allah SWT kepada nabi
Isa a.s
Kandungan kitab Injil:
a.
Seruan
tauhid kepada Allah SWT.
b.
Ajaran
hidup zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
c.
Merevisi
sebagian hukum Taurat yang sudah tidak sesuai.
d.
Berita
tentang akan datangnya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau Muhammad.
Firman
Allah swt.:
Artinya:
“Dan Kami iringkan jejak
mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil
sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan
kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah:46)
c. Kitab Zabur
Kitab
zabur diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud hanya diperintahkan
oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur
berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah tidak memuat syariat.
Kandungan kitab Zabur:
a.
Do’a
b.
Dzikir
c.
Nasihat
d.
Hikmah
e.
Menyeru
kepada ketauhidan
f.
Tidak berisi syariat
Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada)
di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami
lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan
Zabur (kepada) Daud”. (QS. Al-Isra’:55)
d. Kitab al-Quran
Al-Quran
diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu
tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama
22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437
kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu
pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun
610 m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula
Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk
menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun
adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah
tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji
perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad
saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya
menghapus sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan
melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan
perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi
sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta
pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia agar
tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, sebagai muslim kita tidak
perlu meragukannya sama sekali.
Firman Allah:
(وَاَنْزَلْنَااِلَيْكَاْلكِتَبَبِالْحَقِّمُصَدِّقَالِّمَابَيْنَيَدَيْهِمِنَالْكِتَبِوَمُهَيْمِنًاعَلَيْهِ…(المائدة
:48
Artinya: “Dan Kami
telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu…(al-Maidah : 48)
Firman Allah swt.:
(ذَلِكَالْكِتَبُلاَرَيْبَفِيْهِهُدًىلِلْمُتَّقِيْنَ
(البقره:2
Artinya: “Kitab
(al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa”.(Qs.al-Baqarah:2)
Artinya: “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling
baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum
(Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)
Isi pokok kandungan
al-Quran adalah:
1. Aqidah atau keimanan
2.
Ibadah baik ibadah mahdhah maupun
ghairu mahdhah
3. Akhlak
seorang hamba kepada khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya
4.
Mu’amalah yaitu hubungan manusia dengan
sesama manusia
5.
Wa’ad dan wa’id
6.
Kisah kisah nabi dan rasul, orang-orang
shaleh dan orang-orang yang inkar
7.
Ilmu pengetahuan.
Keistimewaan
kitab suci al-Quran dibanding dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya
adalah sebagai berikut:
Ø Al-Quran
sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya. Al-Quran sebagai
kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah
swt.sampai akhir zaman.
firman Allah swt.:
(إِنَّانَحْنُنَزَّلْنَاالذِّكْرَوَإِنَّالَهُلَحَفِضُوْنَ(الحجر:9
Artinya: “Sesungguhnya
kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)
Ø Al-Quran
memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran mencakup
segala aspek kehidupan manusia.
Ø Al-Quran
tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin
menyimpangkannya karena Allah swt. yang selalu memeliharanya.
Allah swt. Berfirman:
قُلْلَئِنِاجْتَمَعَتِاْلإِنْسُوَالْجِنُّعَلَىأَنْيَّأْتُوْابِمِثْلِهَذَااْلقُرْأَنَلاَيَْأتُوْنَبِمِثْلِهِوَلَوْكَانَبَعْضُهُمْلِبَعْضٍظَهِيْرًا(
الإسراء :88
Artinya: “Katakanlah,
sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran
ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun
sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”(
Qs.al-Isra’88)
Ø Al-quran
isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan untuk
seluruh umat manusia.
Ø Membaca
dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah. Masih banyak keistimewaan al-Quran
dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya.
Oleh
karena itu, sebagai kitab suci umat Islam, kita harus berusaha mempelajari dan
mengkaji al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah akan diperoleh berbagai
keuntungan untuk hidup di dunia dan di akhirat. Karena dengan hanya membaca
saja sudah merupakan ibadah kepada Allah apalagi jika kita dapat memahami dan
mengamalkannya.
Sabda Rasulullah saw.:
(عَلَيْكَبِتِلاَوَةِاْلقُرْأَنَفَإِنَّهُنُوْرٌلَّكَفِىاْلأَرْضِوَذُخْرُلَكَفِىالسَّمَاءِ
(رواهابنماجه
Artinya: “atas engkau
membaca al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn
Majah)
2.3
Dalil Naqli dan Aqli Terkait dengan Iman Kepada Kitab- Kitab Allah SWT
ü Dalil Naqli
Al-Qur’an:
Artinya:
“Dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat”. (QS. Al-Baqarah:4).
Hadits Nabi SAW.:
: فَأَخْبِرْنِي
عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
Artinya:
“ Beritahukan
aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan
engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, (HR.
Muslim). (dikutip dari himpunan hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi)
ü Dalil Aqli
Allah SWT Maha ‘Alimun (tahu) bahwa manusia adalah makhluk yang dha’if (lemah).
Sedangkan Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman (Pengasih) dan Maha Rahim
(Penyayang). Atas hal itulah Allah SWT berkehendak memberikan bimbingan kepada
manusia agar tetap menjadi makhluk paling mulia di sisi-Nya dengan memberikan pedoman
berupa kitab suci lengkap dengan uswah hasanah (contoh tauladan) yang berupa
seorang Nabi dan Rasul.
2.4
Sikap Perilaku Beriman pada Kitab Kitab Allah
Beriman kepada
kitab kitab Allah SWT merupakan sikap mental atau pikiran dan perasaan. Oleh
karena itu, mengetahui hakikat beriman atau tidak berimannya seseorang kepada
kitab kitab Allah SWT, hanyalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Mengetahui segala
yang gaib dan yang nyata (syahadah),
serta orang itu sendiri.
Seseorang yang beriman lepada kitab kitab Allah SWT,
tentu akan membuktikan imannya dengan sikap perilaku yang dapat diketahui oleh
panca indera manusia.
Sikap perilaku orang beriman kepada kitab Allah SWT
antara lain :
1)
Mengakui dan menghormati kedudukan kitab
kitab Allah sebelum Al Quran, yang dijadikan pedoman hidup oleh umat umat pada
priode sebelum turunnya Al Qur’an
2)
Meyakini dan mengakui bahwa kitab suci
Al Qur’an merupakan kitab yang paling utama dan yang paling terakhir. Al Qur’an
membenarkan Kitab Allah SWT sebelumnya dan sebagai batu ujian yaitu ukuran
untuk menentukan benar tidaknya ayat ayat yang diturunkan dalam kitab
sebelumnya (Q.S.Al Maidah, 5:48)
3)
Meyakini dan mengakui bahwa Al Qur’an
itu merupakan pedoman hidup, bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia sampai akhir zaman.
4)
Menjalani hidup hanya untuk beribadah
sebagaimana Al Quran menegaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia ialah untuk
beribadah
Menurut
pengertian universal, ibadah adalah nama yang melingkupi segala yang disukai
Allah SWT dan yang diridai-Nya, baik berupa perkataan, maupun berupa perbuatan,
baik yang dikerjakan secara terang terangan maupun dikerjakan secara sembunyi
sembunyi. Sedangkan inti dari beribadah adalah melaksanakan perintah Allah SWT
dan meninggalkan yang dilarang-Nya.
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak problem kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh
manusia.sepertinya:
o
Berbagai macam jenis penyakit timbul
tanpa diketahui cara pengobatannya,
o
terjadinya bencana yang tidak
disangka-sangka,
o
terjadinya gejolak sosial,dsb.
Semuanya
itu merupakan dampak sikap sikap manusia yang meninggalkan al-Quran. Padahal
Rasulullah saw. Telah berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
تَرَكْتُفِيْكُمْأَمْرَيْنِمَاإِنْتَمَسَكْتُمْبِهِمَالَنْتَضِلُّوْاأَبَدًاكِتَااللهِوَسُنَةَرَسُوْلَهُ.
(رواهحكيم
Artinya: “kutinggalkan
untukmu dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat selama berpegang
kepada keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-Hakim) Dengan
membaca dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang ada
dalam al-Quran,akan:
a. Menghilangkan
kegelisahan bathin, bahkan penyakit jiwa yang erat kaitannya dengan penyakit
jasmani.
b. Meningkatkan
kewaspadaan diri untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan
segala larang-Nya.
c. Meningkatkan
kesadaran bahwa apa yang diperbuat di atas dunia ini akan dipertanggung
jawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian, selaku
seorang muslim haruslah kita:
·
Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan
pedoman hidup ini, dan jangan berpedoman dengan yang lainnya,
·
Berusaha untuk selalu menghormati,
memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci al-Quran.
·
Senantiasa membaca al-Quran dalam segala
kesempatan di kala suka maupun duka.
·
berusaha untuk memahami arti dan isi
kandungannya
·
berusaha untuk mengamalkan isi
kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.
2.5 Mukjizat Al-Quran
Al-Qur'an
merupakan satu-satunya kitab samawi yang dengan jelas dan tegas menyatakan
bahwa tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kitab sepertinya, meskipun
seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukan hal itu. Bahkan, mereka tidak
akan mampu sekalipun untuk menyusun, misalnya, sepuluh surat saja, atau malah
satu surat pendek sekalipun yang hanya mencakup satu baris saja.
Oleh karena
itu, Al-Qur'an menantang seluruh umat manusia untuk melakukan hal itu. Dan
banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan tantangan tersebut.
Sesungguhnya ketidakmampuan mereka untuk mendatangkan hal yang sama dan
memenuhi tantangan tersebut merupakan bukti atas kebenaran kitab suci itu dan
risalah Nabi Muhammad saw dari Allah SWT.
Dengan
demikian, tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur'an telah membuktikan pengakuannya
sebagai mukjizat. Sebagaimana Rasul saw, pembawa kitab ini, tersebut telah
menyampaikannya kepada umat manusia sebagai mukjizat yang abadi dan bukti yang
kuat atas kenabiannya hingga akhir masa.
Hari ini setelah 14
abad berlalu bahana suara Ilahi itu masih terus menggema di tengah umat manusia
melalui media-media informasi dan sarana-sarana komunikasi, baik dari kawan
maupun lawan. Itu semua merupakan hujjah atas mereka.
Dari sisi lain,
nabi Muhammmad saw sejak hari pertama dakwahnya senantiasa menghadapi
musuh-musuh Islam dan para pendengki yang sangat keras. Mereka telah
mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan untuk memerangi agama Ilahi ini.
Setelah putus asa lantaran ancaman dan tipu daya mereka tidak berpengaruh sama
sekali, mereka berusaha melakukan pembunuhan dan pengkhianatan. Akan tetapi,
usaha jahat itu pun mengalami kegagalan berkat inayah Allah SWT dengan
cara menghijrahkan Nabi saw ke Madinah secara rahasia pada malam hari.
Setelah hijrah,
Rasul saw menghabiskan sisa-sisa umurnya yang mulia dengan melakukan berbagai
peperangan melawan kaum musyrikin dan antek-antek mereka dari kaum Yahudi. Dan
semenjak wafatnya hingga hari ini, orang-orang munafik dari dalam dan
musuh-musuh Islam dari luar senantiasa berusaha memadamkan cahaya Ilahi ini.
Mereka telah mengerahkan segenap kekuatan dalam rangka ini. Seandainya mereka
mampu menciptakan sebuah kitab sepadan Al-Qur'an, pasti mereka akan
melakukannya, tanpa ragu sedikitpun.
Di zaman modern
sekarang ini, dimana kekuatan adidaya dunia melihat bahwa Islam adalah musuh
terbesar yang sanggup mengancam kekuasaan arogan mereka, maka itu mereka
senantiasa berusaha memerangi Islam dengan segala kekuatan dan sarana yang
mereka miliki berupa materi, strategi, politik, dan informasi. Seandainya
mereka mampu menjawab tantangan Al-Qur'an, dan sanggup menulis satu baris saja
yang menandingi satu surat pendek darinya, pasti mereka sudah melakukannya dan
menyebarkannya melalui media informasi dunia. Karena memang cara semacam itu
(menyebarkan informasi ke seluruh dunia) merupakan usaha yang paling mudah dan
paling efektif dalam menghadapi Islam dan menahan perluasannya.
Atas dasar
uraian di atas, setiap manusia berakal yang mempunyai kesadaran yang cukup
merasa yakin setelah memperhatikan hal-hal tersebut bahwa Al-Qur'an merupakan
kitab samawi yang istimewa, yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan, dan
tidak mungkin pula bagi setiap individu atau kelompok manapun untuk
mendatangkan kitab yang sepadan dengannya, sekalipun mereka mengerahkan seluruh
kekuatan dan telah menjalani pendidikan dan pelatihan demi hal itu.
Artinya, kitab
suci itu memiliki ciri-ciri kemukjizatan, yaitu luar biasa, tak bisa ditiru dan
dipalsukan, dan diturunkan sebagai bukti atas kebenaran kenabian seseorang.
Tampak jelas bahwa Al-Qur'an merupakan bukti yang paling akurat dan kuat atas
kebenaran klaim Muhammad saw sebagai nabi Allah. Dan agama Islam yang suci
adalah hak dan karunia Ilahi yang paling besar bagi umat Islam. Al-Qur'an
diturunkan sebagai mukjizat abadi hingga akhir masa, kandungannya merupakan
bukti atas kebenarannya. Sebegitu sederhananya argumentasi ini hingga dapat
dipahami oleh setiap orang dan dapat diterima tanpa mempelajarinya secara
khusus.
Setelah secara
global kita mengetahui bahwa Al-Qur'an merupakan kalam dan mukjizat Ilahi, kami
akan menjelaskan lebih luas lagi unsur-unsur kemukjizatan kitab suci ini.
1. Kefasihan dan Keindahan
Al-Qur'an
Unsur pertama
kemukjizatan Al-Qur'an ialah kefasihan dan balaghah-nya. Artinya, untuk
menyampaikan maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT menggunakan kata
dan kalimat yang paling lembut, indah, ringan, serasi, dan kokoh. Melalui cara
tersebut, Dia menyampaikan makna-makna yang dimaksudkan kepada para mukhathab
(audiens), yaitu melalui sastra yang paling baik dan mudah dipahami.
Tentunya, tidak
mudah memilih kata dan kalimat yang akurat dan sesuai dengan makna-makna yang
tinggi dan mendalam kecuali bagi orang yang telah menguasai sepenuhnya ciri-ciri
kata, makna yang dalam dan hubungan imbal balik antara kata dan maknanya agar
dapat memilih kata dan ungkapan yang paling baik dengan memperhatikan seluruh
dimensi, kondisi dan kedudukan makna yang dimaksudkan. Pengetahuan lengkap
tentang hal itu tidak mungkin dapat dicapai oleh siapapun kecuali dengan
bantuan wahyu dan ilham Ilahi
Sesungguhnya
setiap manusia dapat mengetahui sejauh mana kandungan Al-Qur'an yang mencakup
nada malakuti dan irama yang syahdu. Setiap orang yang mengetahui bahasa
Arab, ilmu kefasihan dan keindahannya (Balaghah), pasti dapat menyentuh
keunggulan sastra Al-Qur'an.
Adapun untuk
mengetahui kemukjizatan Al-Qur'an dari unsur balaghah, kefasihan dan
keindahan bahasanya, tidaklah mudah kecuali bagi orang-orang yang memiliki
pengalaman dan spesialisasi di dalam pelbagai ilmu sastra Arab dan melakukan
perbandingan antara keistimewaan-keistimewaan Al-Qur'an dan berbagai macam
bahasa yang fasih dan baligh, serta menguji kemampuan mereka dengan
melakukan analogi dalam hal itu. Pekerjaan semacam ini tidak sulit dilakukan
kecuali oleh para penyair dan sastrawan Arab, karena keistimewaan orang-orang
Arab yang paling menonjol pada masa diturunkannya Al-Qur'an ialah ilmu Balaghah
dan sastra. Puncak kemahiran mereka pada masa itu tampak ketika mereka
mengadakan pemilihan bait-bait kasidah dan syair—setelah diadakan penelitian
dan penilaian—yang merupakan kegiatan seni dan sastra yang paling besar.
2. Ke-ummi-an Nabi saw
Kendati
ukurannya tidaklah besar, Al-Qur'an adalah kitab suci yang mancakup berbagai
pengetahuan, hukum-hukum dan syariat, baik yang bersifat personal maupun
sosial. Untuk mengkaji secara mendalam setiap cabang ilmu tersebut memerlukan
kelompok-kelompok yang terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing,
keseriusan yang tinggi dan masa yang lama agar dapat diungkap secara bertahap
sebagian rahasianya, dan agar hakikat kebenarannya bisa digali lebih banyak,
meski hal itu tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang betul-betul memiliki
ilmu pengetahuan, bantuan dan inayah khusus dari Allah SWT.
Al-Qur'an
mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang paling tinggi, paling luhur dan
berharga nilai-nilai akhlaknya, paling adil dan kokoh undang-undang pidana dan
perdatanya, paling bijak tatanan ibadah, hukum-hukum pribadi dan sosialnya,
paling berpengaruh dan bermanfaat nasehat-nasehat dan wejangannya, paling
menarik kisah-kisah sejarahnya, dan paling baik metode pendidikan dan
pengajarannya. Singkat kata, Al-Qur'an mengandung seluruh dasar-dasar yang
dibutuhkan oleh setiap manusia untuk merealisasikan kebahagiaan mereka di dunia
dan akhirat. Semuanya itu dirangkai dengan susunan yang indah dan menarik yang
tidak ada bandingannya, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mengambil
manfaat darinya sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Terangkumnya
semua ilmu pengetahuan dan hakikat di dalam sebuah kitab seperti ini
mengungguli kemampuan manusia biasa. Akan tetapi yang lebih mengagumkan dan
menakjubkan adalah bahwa kitab agung ini diturunkan kepada seorang manusia yang
tidak pernah belajar dan mengenyam pendidikan sama sekali sepanjang hidupnya,
serta tidak pernah walaupun hanya sejenak memegang pena dan kertas. Ia hidup dan tumbuh
besar di sebuah lingkungan yang jauh dari kemajuan dan peradaban.
Yang lebih
mengagumkan lagi, selama 40 tahun sebelum diutus menjadi nabi, ia tidak pernah
terdengar ucapan mukjizat semacam itu. Sedangkan ayat-ayat Al-Qur'an dan wahyu
Ilahi yang beliau sampaikan pada masa-masa kenabiannya memiliki metode dan
susunan kata yang khas dan berbeda sama sekali dari seluruh perkataan dan
ucapan pribadinya. Perbedaan yang jelas antara kitab tersebut dengan seluruh
ucapan beliau dapat disentuh dan disaksikan oleh seluruh masyarakat dan
umatnya. Sekaitan dengan ini, Allah SWT berfirman, "Dan kamu tidak
pernah membaca sebelum satu bukupun dan kamu tidak pernah menulis satu buku
dengan tanganmu. Karena jika kamu pernah membaca dan menulis, maka para
pengingkar itu betul-betul akan merasa ragu [terhadap Al-Qur'an]".
(QS. Al-'Ankabut: 48)
Pada ayat yang
lainnya Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Jikalah Allah menghendaki,
niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak pula memberi
tahukannya kepadamu.' Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama
sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?" (QS.Yunus: 16)
Dan kemungkinan
besar bahwa ayat 23 surah Al-Baqarah yang menegaskan, "Dan jika kalian
masih merasa ragu terhadap apa yang kami turunkan kepada hamba Kami, maka
buatlah yang serupa dengannya," menunjukan unsur kemukjizatan ini.
Yakni, kemungkinan besar kata ganti "nya" yang terdapat pada kata
"serupa dengannya" itu kembali kepada kata "hamba Kami".
Kesimpulannya,
barangkali kita berasumsi—tentu mustahil—bahwa ratusan kelompok yang terdiri
dari para ilmuan yang ahli di bidangnya masing-masing bekerja sama dan saling
membantu itu mampu membuat kitab yang serupa dengan Al-Qur'an. Namun, tidak
mungkin bagi satu orang yang ummi (tidak belajar baca-tulis sama sekali)
mampu melakukan hal tersebut. Dengan demikian, kedatangan Al-Qur'an dengan
segenap keistimewaan dan keunggulannya dari seorang yang ummi merupakan
unsur lain dari kemukjizatan kitab suci itu.
3. Konsistensi Kandungan
Al-Qur'an
Al-Qur'an
adalah sebuah kitab suci yang Allah turunkan selama 23 tahun dari kehidupan
Nabi Muhammad saw, yaitu masa-masa yang penuh dengan berbagai tantangan, ujian
dan berbagai peristiwa yang pahit maupun yang manis. Akan tetapi, semua itu
sama sekali tidak mempengaruhi konsistensi dan kepaduan kandungan Al-Qur'an
serta keindahan susunan katanya. Kepaduan dan ketiadaan ketimpangan dari sisi
bentuk dan kandungannya merupakan unsur lain dari kemukjizatan Al-Qur'an. Allah
SWT berfirman, "Apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur'an. Seandainya
Al-Qur'an itu datang dari selain Allah, pasti mereka akan menemukan banyak
pertentangan." (QS. An-Nisa': 82)
Penjelasan
minimalnya, setiap manusia menghadapi dua perubahan. Pertama,
pengetahuan dan pengalamannya itu akan bertambah dan berkembang. Semakin
bertambah dan berkembangnya pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuannya, akan semakin mempengaruhi ucapan dan perkataannya. Sudah
sewajarnya akan terjadi perbedaan yang jelas di antara ucapan-ucapannya itu
sepanjang masa dua puluh tahun.
Kedua, berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang akan
berdampak pada berbagai kondisi jiwa, emosi dan sensitifitasnya, seperti putus
asa, harapan, gembira, sedih, gelisah, dan tenang. Perbedaan kondisi-kondisi
tersebut berpengaruh besar dalam cara pikir seseorang, baik pada ucapannya
maupun pada perbuatannya. Dan, dengan banyak dan luasnya perubahan tersebut,
maka ucapannya pun akan mengalami perbedaan yang besar. Pada hakikatnya,
terjadinya berbagai perubahan pada ucapan seseorang itu tunduk kepada
perubahan-perubahan yang terjadi pada jiwanya. Dan hal itu pada gilirannya
tunduk pula kepada perubahan kondisi lingkungan dan sosialnya.
Kalau kita
berasumsi bahwa Al-Qur'an itu ciptaan pribadi Nabi saw sebagai manusia yang
takluk kepada perubahan-perubahan tersebut, maka dengan memperhatikan
berbagai perubahan kondisi yang drastis dalam kehidupan beliau akan tampak
banyaknya kontradiksi dan ketimpangan di dalam bentuk dan kandungannya.
Nyatanya, kita saksikan bahwa Al-Qur'an tidak mengalami kontradiksi dan
ketimpangan itu.
Maka itu,
kepaduan, konsistensi dan ketiadaan kontradiksi di dalam kandungan Al-Qur'an
serta ihwal kemukjizatannya ini merupakan bukti lain bahwa kitab tersebut
datang dari sumber ilmu yang tetap dan tidak terbatas, yakni Allah Yangkuasa
atas alam semesta, dan tidak tunduk pada fenomena alam dan perubahan yang
beraneka ragam.
2.6 Nama-Nama Lain dan Sifat Al Quran
Nama nama lain Al Qur’an diantaranya:
Nama nama lain Al Qur’an diantaranya:
Al Furqon
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (QS. Al Furqaan: 1)
At Tanzil
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),” (QS. Asy Syu’araa : 192-193)
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (QS. Al Furqaan: 1)
At Tanzil
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),” (QS. Asy Syu’araa : 192-193)
Adz Dzikru
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Al Kitab
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dhukaan : 1-3)
Al Quran
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, ” (QS. Al Israa’ : 9)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Al Kitab
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dhukaan : 1-3)
Al Quran
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, ” (QS. Al Israa’ : 9)
Adapun sifat
sifat Al Qur’an, diantaranya :
·
Nur
“Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An
Nisaa : 174)
·
Mubin
“Hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan
telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An
Nisaa : 174)
·
Huda
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·
Syiifa
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·
Rahmah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus : 57)
·
Mau’idzah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Yunus : 57)
·
Basyir
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran;
sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan
diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni
neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)
·
Nazir
“Sesungguhnya Kami telah
mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni
neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)
·
Mubarok
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad :
38)
2.7
Fungsi Beriman Kepada Kitab Kitab Allah
Fungsi beriman kepada
Kitab Allah antara lain :
Ø Mempertebal
keimanan kepada Allah swt. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah
mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, baik yang nampak maupun yang gaib.
Ø Memperkuat
keyakinan seseorang kepada tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan meyakini
kitab-kitab Allah swt. Maka akan percaya terhadap kebenaran al-Quran dan ajaran
yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.
Ø Menambah
ilmu pengetahuan. Karena di dalam kitab-kitab Allah, di samping berisi tentang
perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu
pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Ø Menanamkan
sikap toleransi terhadap agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab
Allah maka umat Islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain. Hal
ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
Ø Memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat
Ø Mengetahui
riwayat umat masa lampa
Selain
fungsi beriman kepada kitab Allah, menurut
Imam As-Suyuthi, ada beberapa fadhilah Al-Qur’an berdasar hadits-hadits shahih,
yakni:
a.
Al-Qur’an
akan datang sebagai pemberi syafa’at bai yang membacanya.
b.
Surat-surat
yang dibaca dan diamalkan akan menjadi pembela di hari qiyamat.
c.
Menjadikan
orang yang mempelajari dan mengajarkan sebagai manusia yang paling baik.
d.
Orang
mukmin yang suka membaca Al-Qur’an bagaikan buah utrujah yang harum dan manis.
e.
Allah
SWT. akan mengangkat martabat manusia karena Al-Qur’an.
f.
Hanya
boleh iri kepada orang yang faham dan mengamalkan Al-Qur’an.
g.
Setiap
huruf akan mendapat 1 kebaikan yang dilipat gandakan 10 kali.
Ada beberapa hadits yang memberikan peringatan
tentang orang-orang yang melalaikan Al-Qur’an, antara lain:
1.
“Diperlihatkan
kepadaku dosa-dosa ummatku, maka aku tidak melihat dosa yang lebih besar dari
dosa (karena melupakan) satu surat atau ayat Al-Qur’an yang telah dihafal oleh
seseorang kemudian dilupakannya”. (HR. Abu Dawud)
2.
“Barang
siapa membaca Al-Qur’an kemudian ia melupakannya maka ia akan menghadap Allah
SWT. pada hari qiyamat dengan tangan buntung”. (HR. Bukhari – Muslim).
3.
“Peliharalah
baik-baik Al-Qur’an ! Demi Dzat yang diri Muhammad berada di tangan-Nya,
sungguh ia lebih cepat lepasnya ketimbang (lepasnya) unta dari ikatannya”.
(HR. Bukhari – Muslim).
Dalam membaca Al-Qur’an tidak boleh sembarangan melainkan
ada beberapa tata tertib (adab) yang harus diikuti. Adapun hal-hal (adab) yang
harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an menurut Imam Ghozali adalah:
a.
Dalam
keadaan suci dari hadats maupun najis.
b.
Di
tempat yang bersih dari najis.
c.
Menghadap
ke arah Qiblat.
d.
Mulut
yang bersih, tidak sambil mengunyah/mengulum makanan, syukur bersiwak/bersugi
terlebih dahulu.
e.
Memulai
dengan membaca ta’awudz/isti’adzah.
f.
Membaca
dengan tartil, yakni dengan jelas, pelan dan tenang.
g.
Memperhatikan
makna yang dibaca dan meresapi maksudnya.
h.
Dengan
suara yang bagus dan merdu.
i.
Tidak
memutus bacaan karena ingin berbicara dengan orang lain
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kitab-kitab
Allah adalah kitab-kitab dan shuhuf (lembaran-lembaran wahyu) yang di dalamnya
tertulis firman Allah Ta’ala yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya.
Beriman
kepada kitab-kitab Allah Ta’ala maksudnya adalah membenarkan dengan keyakinan
yang pasti bahwa Allah Ta’ala memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada
rasul-rasulNya yang berisi kalamullah (firman Allah) dengan kebenaran yang nyata
dan cahaya petunjuk yang jelas untuk disampaikan kepada hamba-hamba-Nya
Beriman kepada semua kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun iman yang enam. Tidak sah keimanan seseorang kecuali dengan mengimaninya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. 4:136)
Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya’.” (QS. al-Baqarah: 136)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman, “(Iman) itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan Hari Akhir serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di antara kitab-kitab Allah yang wajib kita imani secara khusus adalah kitab-kitab yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah. Kitab-kitab tersebut adalah :
Beriman kepada semua kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun iman yang enam. Tidak sah keimanan seseorang kecuali dengan mengimaninya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. 4:136)
Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya’.” (QS. al-Baqarah: 136)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman, “(Iman) itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan Hari Akhir serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di antara kitab-kitab Allah yang wajib kita imani secara khusus adalah kitab-kitab yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah. Kitab-kitab tersebut adalah :
ü Shuhuf
Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihimas salam.
Allah Ta’ala berfirman,
artinya, “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam
lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu
menyempurnakan janji,” (QS. an-Najm: 36-37). Dan firman Allah Ta’ala, artinya,
“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam shuhuf-shuhuf terdahulu, (yaitu)
shuhuf Ibrahim dan Musa.” (QS. al-A’la: 18-19).
ü Taurat
Kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam .
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. al-Qashash: 43).
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. al-Qashash: 43).
ü Zabur
Kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam.
Allah Ta’ala berfirman, “… dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. an-Nisa’: 163).
Allah Ta’ala berfirman, “… dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. an-Nisa’: 163).
ü Injil
Kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu : Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 5:46).
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu : Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 5:46).
ü Al-Qur’an
Kitab Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai kitab yang
membenarkan dan menjadi saksi bagi kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an adalah
kitab Allah yang paling akhir diturunkan, paling mulia dan paling sempurna
serta penghapus masa berlakunya kitab-kitab yang sebelumnya. Al-Qur’an juga
terjaga dari pengubahan dan pemalsuan, tidak sebagaimana yang terjadi pada
kitab-kitab sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan Kami telah
turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…” (QS. 5:48).
Allah Ta’ala berfirman, artinya:“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. al-Maidah: 15-16)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9)
Berdasarkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :
Allah Ta’ala berfirman, artinya:“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. al-Maidah: 15-16)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9)
Berdasarkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :
v Kelompok
pertama
orang yang mendustakan
kitab-kitab Allah secara keseluruhan. Mereka adalah orang orang atheis dan
musuh para rasul dari kalangan orang kafir, musyrik dan para ahli filsafat.
v Kelompok
kedua
orang yang beriman yang
mengimani semua utusan Allah dan kitab-kitabNya yang telah diturunkan kepada
mereka. Allah berfirman, artinya, “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang
diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara
seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya’…” (QS. al-Baqarah: 285).
v Kelompok
ketiga
orang yang mengimani
sebagian kitab Allah dan mengingkari sebagian yang lain. Mereka adalah
orang-orang Yahudi dan Nashrani dan orang-orang yang mengikuti jalan keduanya.
Allah Ta’ala berfirman tentang mereka, artinya, “Dan apabila dikatakan kepada
mereka, ‘Berimanlah kepada al-Qur’an yang diturunkan Allah’. Mereka berkata,
‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’. Dan mereka kafir
kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur’an itu (Kitab) yang
hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka…” (QS. 2:91)
DAFTAR
PUSTAKA
Syamsuri.2007.Pendidikan Agama
Islam.Jakarta:Penerbit Erlangga
Abdullah(2009).Kitab Kitab Allah.www.kitab-kitab-allah-swt-shuhuf-ibrahim-shuhuf-musa-zabur-taurat-injil-al-quran.htm,
20 Agustus 2011
Nurseha,Adi(2009).Kitab Al-Quran Sebagai Pemersatu
Umat Manusia.http://nuraurora.com, 20
Agustus 2011
An-Nur(2009).Beriman kepada Kitab Allah Ta’ala.www.hikmah-al-quran&mutiara-hadits.htm, 21 Agustus
2011
Yazid(2008).Iman kepada Malaikat dan Iman kepada
Kitab Kitab.www.iman-kepada-malaikat-dan-iman-kepada-kitab-kitab.htm,
21 Agustus 2011
makasih bro
BalasHapusmakasih mas. super sekali dan sangat membantu
BalasHapus