Minggu, 27 November 2011

Iman Kepada Kitab Allah

 
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

           Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? “ (QS. Al-Maa’idah: 48-50)
Setelah berbicara mengenai Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. dan Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as, kini surat al-Ma’idah ayat 48 menerangkan tentang al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat di atas menjelaskan kebenaran yang terkandung di dalam al-Qur’an, yakni membenarkan dan sekaligus meluruskan Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum al-Qur’an. Membenarkan dalam artian kata membuat syariat baru, yaitu syariat yang diusung oleh Nabi Muhammad Saw, karena dengan turunnya al-Qur’an ini sudah otomatis membatalkan syariat-syariat yang sebelumnya sudah ada. Lalu ada sebuah pertanyaan yang timbul mengenai hal ini, yaitu kenapa Allah SWT. merubah syariat-syariat yang sebelumnya?
Seandainya Allah SWT. menghendaki kaum Nabi Musa as., kaum Nabi Isa as., dan kaum Nabi Muhammad Saw. menjadi satu kaum yang padu, pasti Allah SWT. bisa saja melakukan hal tersebut, namun Allah SWT. ingin menguji hamba-hamba-Nya agar hamba-hamba-Nya mempotensialkan segala hal, baik itu mengenai syariat maupun potensi-potensi yang lainnya. Oleh karena itu semenjak datangnya Islam, agama-agama samawi yang lainnya sudah terhapuskan. Bahkan agama Islam ini adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah SWT. terhitung semenjak mulai diutusnya Nabi Muhammad Saw. menjadi Rasul hingga hari kiamat nanti. Allah berfirman: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali ‘Imran: 19). Melalui tuntunan syariat yang baru inilah kita semuanya berlomba-lomba dalam kebaikan dan berbuat aneka kebajikan, tidak ada gunanya lagi menghabiskan waktu dengan sia-sia dan berdebat yang tiada artinya, karena manusia semuanya akan kembali kepada Allah SWT. dan jalan satu-satunya menuju hal itu melalui syariat dan tuntunan yang dibawa oleh Nabi yang terhebat yaitu Nabi Muhammad Saw. Di dalam internal Islam sendiri telah banyak terjadi perbedaan dan perselisihan pendapat mengenai hal-hal yang furu’iyah, namun anehnya masih banyak yang menganggap perbedaan ini menjadi hal yang sangat istimewa dan bahkan tidak jarang akan menjadikan ta’ashub buta yang akan menjurus kepada pertengkaran.
Seharusnya sebagai umat Islam sudah tidak pantas lagi untuk bertengkar, sudah tidak zamannya lagi untuk mencari-cari kesalahan kelompok lain, namun yang seharusnya dilakukan adalah mencari persamaan-persamaan yang ada, bukan perbedaan. Dan kita semua yakin bahwa persamaan-persamaan yang ada lebih banyak dari pada perbedaannya, mungkin jika dipersentasikan 95% banding 5%. Astaghfirullah lalu apakah kita akan mengambil yang 5% ketimbang yang 95%, sungguh zalimnya orang-orang yang mengambil 5% itu. Kemudian meluruskan kitab-kitab Samawi sebelumnya, yakni memperbaiki dan mmembatalkan kitab-kitab yang sebelumnya, karena tidak bisa dipungkiri lagi jikalau Kitab-Kitab Samawi yang lainnya telah terkontaminasi oleh perkataan-perkataan manusia yang tidak bertanggung jawab sehingga merubah wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Contohnya Kitab kebanggaan Umat Kristiani yaitu Injil. Mungkin banyak yang mengkritisi tentang penggunaan kata “Injil” tersebut, ada yang mengatakan bahwa yang dijadikan kitab sandaran oleh Umat Kristiani bukanlah Injil asli, tetapi lebih tepatnya adalah Perjanjian Baru. Karena injil yang sebenarnya adalah kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada Nabi Isa as. tanpa adanya tambahan-tambahan dari manusia. Sedangkan Perjanjian Baru yang diterbitkan antara tahun 50 Masehi hingga tahun 100 Masehi ini mula-mula adalah surat-surat Paulus, kemudian barulah judul-judul yang lainnya ditambahkan. Beberapa abad sesudah Masehi, Gereja baru mensahkan Kitab Perjanjian Baru tersebut setelah urutannya diubah dan sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah Keselamatan manusia. Oleh karena itulah al-Qur’an sebagai kitab yang membenarkan cocok bagi semua umat, bukan hanya umat Islam saja tetapi untuk umat secara keseluruhan, seperti apa yang difirmankan oleh Allah dalam surat al-An’am ayat 90 yang artinya “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran).” Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.”. Namun sayangnya kebanyakan umat yang masih berpegang kepada kitab-kitab Samawi enggan untuk menerima al-Qur’an sebagai pelurus dan pembenar, padahal kitab-kitab mereka tidak murni lagi, banyak terjadi tambahan-tambahan yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT. bukan hanya itu saja kitab-kitabnya pun sudah dialihbahasakan yang akan merusak makna yang terkandung. “Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (QS. Yunus: 37)
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Iman kepada Kitab Kitab Allah

Menurut pengertian bahasa, kata kitab artinya buku, surah kiriman dan hukum (peraturan). Sedangkan kata iman menurut bahasa arab yaitu أَمَنَ- يُؤْمِنُ- إِيْمَان artinya membenarkan dan menurut istilah iman ialah kepercayaan dalam hati, meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Dari dua pengertian itu, secara terminologi, iman kepada kitab Allah dapat diartikan sebagai memercayai atau meyakini bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab kitab-Nya kepada para rasul-Nya agar kitab kitab-Nya itu dijadikan sebagai pedoman hidup umat manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam ajaran islam, beriman kepada Kitab Kitab Allah, termasuk rukun iman dan ciri muttaqin (Q.S. Al Baqarah,2:4). Oleh karena itu, hukum beriman kepada kitab kitab Allah adalah fardu ‘ain. Orang yang mengaku agama islam, tetapi tidak beriman kepada Kitab Allah dapat dianggap murtad.
Beberapa kitab kitab Allah yang diwahyukan sebelum turunnya Al Qur’an adalah;
·         Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS (Q.S. Al-Maidah,5;44
·         Zabur diturunkan pada Nabi Daud AS (Q.S.Al-Isra 17;55)
·         Injil kepada Nabi Isa AS (Q.S.Al-Maidah,5;46)
·         Sahifah-Sahifah atau lembaran lembaran firman Allah kepada Nabi Ibrahim AS dan Nabi Musa AS (Q.S An-Najm,53;36-37)

Terhadap kitab-kitab Allah sebelum Al -Quran dan sahifah-sahifah tersebut, setiap muslim dan muslimat secara ijmali, artinya harus percaya saja. Sedangkan mengetahui dan  mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalam kitab-kitab  Allah sebelum Al-Qur’an dan sahifah-sahifah tersebut bukan merupakan suatu kewajiban. Hal ini disebabkan  karena kedudukan kitab-kitab Allah dan sahifah-sahifah sebagai pedoman hidup umat manusia berakhir setelah wahyu Al-Qur’an turun.
Al-Qur’an adalah  kitab Allah terakhir yang diturunkan kepada Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW. Seluruh umat manusia yang hidup sejak Al-Quran turun sampai akhir jaman wajib menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Dalil naqli bahwa Al-Quran merupakan kitab Allah yang terakhir adalah firman Allah dalam surah Ali-Imran,3;2-4.
Sikap dan perilaku seorang muslim terhadap Kitabullah Al-Quran wajib beriman secara tafsili artinya harus meyakini akan kebenaran nya, mengetahui isi ajarannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Beriman kepada kitab kitab Allah merupakan rukun Iman yang ketiga. Umat islam wajib percaya dan meyakini dengan sungguh sungguh.

Firman Allah SWT
ياَأَيُّهَاالَّذِيْنَأَمَنُوْابِاللهِوَرَسُوْلِهِوَاْلكِتَبِاَّلذِيْنَزَّلَعَلَىرَسُوْلِهِوَاْلكِتَبِاَّلذِيْأَنْزَلَمِنْقَبْلُ… .(النساء : 136

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah kamu sekalian beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya.”(Qs.An-Nisa’:136)
Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang, niscaya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu.Maka berlomba-lombalah bebuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya….(al-Maidah :48)
Kitab-kitab yang dimaksud dalam ayat di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.Kitab-kitab Allah swt.diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah swt. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

2.2 Nama Nama Kitab Allah dan Rasul yang Menerimanya
Di antara kitab-kitab Allah swt.yang wajib kita imani ada empat (4) yaitu:
a. Kitab Taurat
Kitab Taurat diwahyukan Allah swt.kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman hidup bagi kaum Bani Israil.
Firman Allah swt:
(إِنَّاأَنْزَلْنَاالَّتوْرَاةَفِيْهَاهُدًىوَّنُوْرٌ…(المائدة:44
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44)


Artinya : “Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israel (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku”. (QS. Al-Isra’:2)
Kandungan kitab Taurat:
a.         Perintah mengesakan Allah SWT.
b.        Larangan membuat dan menyembah patung berhala.
c.         Larangan menyebut Nama Allah SWT. Dengan sia-sia.
d.        Perintah mensucikan hari Sabtu.
e.         Perintah menghormati ayah dan ibu.
f.         Larangan membunuh sesama manusia.
g.        Larangan berbuat zina.
h.        Larangan mencuri.
i.          Larangan menjadi saksi palsu.
j.          Larangan mengambil istri orang lain.
                                           
Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi.Yang beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah Taurat asli, melainkan palsu.Sebab, mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya (ajarannya). Para ulama pun sepakat bahwa taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan masa yang berbeda.
Allah berfirman:
( مِنَالَّذِيْنَهَادُوْايُحَرِّفُوْنَاْلكَلِمَعَنْمَوَاضِعِهِ…(النساء: 75
Artinya: “Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(Qs. An-Nisa’46).

b. Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah swt.kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil yang asli memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah SWT agar manusia mengesakannya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga menjelaskan bahwa di akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir. Kitab Injil yang beredar sekarang hanyalah hasil pikiran manusia bukan wahyu Allah . Misalnya Kitab Injil matius, Injil lukas dan Injil Johanes. Antar Injil tersebut banyak terdapat perbedaan dan bahkan bertentangan. Menurut para ahli, isi dari kitab Injil adalah biografi Nabi isa a.s. dan keyakinan yang ada di dalam ajarannya merupakan pikiran paulus, bukan pendapat orang-orang harawi (pengikut-pengikut nabi isa a.s.) .Ada juga yang dinamakan Injil Bernabas, oleh para ulama dianggap sesuai dengan ajaran tauhid. Namun Injil jenis ini tidak dipakai oleh orang-orang Kristen (Nasrani). Dengan demikian, yang wajib dipercayai oleh umat islam hanyalah Injil yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Isa a.s
Kandungan kitab Injil:
a.         Seruan tauhid kepada Allah SWT.
b.        Ajaran hidup zuhud dan menjauhi kerusakan terhadap dunia.
c.         Merevisi sebagian hukum Taurat yang sudah tidak sesuai.
d.        Berita tentang akan datangnya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau    Muhammad.




Firman Allah swt.:
Artinya:
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah:46)

c. Kitab Zabur
Kitab zabur diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud hanya diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah tidak memuat syariat.
Kandungan kitab Zabur:
a.    Do’a
b.    Dzikir
c.    Nasihat
d.   Hikmah
e.    Menyeru kepada ketauhidan
f.     Tidak berisi syariat

Firman Allah swt.:
Artinya: “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di  bumi.     Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur (kepada) Daud”. (QS. Al-Isra’:55)

d. Kitab al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6666 ayat, 74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610 m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa, berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali.
Firman Allah:
(وَاَنْزَلْنَااِلَيْكَاْلكِتَبَبِالْحَقِّمُصَدِّقَالِّمَابَيْنَيَدَيْهِمِنَالْكِتَبِوَمُهَيْمِنًاعَلَيْهِ…(المائدة :48 
Artinya: “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…(al-Maidah : 48)
Firman Allah swt.:
(ذَلِكَالْكِتَبُلاَرَيْبَفِيْهِهُدًىلِلْمُتَّقِيْنَ (البقره:2
Artinya: “Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”.(Qs.al-Baqarah:2)
Artinya: “Kami menceriterakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur'an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui”. (QS. Yusuf: 3)
Isi pokok kandungan al-Quran adalah:
1.    Aqidah atau keimanan
2.    Ibadah baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah
3.    Akhlak seorang hamba kepada khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya
4.    Mu’amalah yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia
5.    Wa’ad dan wa’id
6.    Kisah kisah nabi dan rasul, orang-orang shaleh dan orang-orang yang inkar
7.    Ilmu pengetahuan.
Keistimewaan kitab suci al-Quran dibanding dengan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
Ø  Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya. Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah swt.sampai akhir zaman.
firman Allah swt.:
  (إِنَّانَحْنُنَزَّلْنَاالذِّكْرَوَإِنَّالَهُلَحَفِضُوْنَ(الحجر:9
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)
Ø  Al-Quran memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran mencakup segala aspek kehidupan manusia.
Ø  Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin menyimpangkannya karena Allah swt. yang selalu memeliharanya.
Allah swt. Berfirman:
قُلْلَئِنِاجْتَمَعَتِاْلإِنْسُوَالْجِنُّعَلَىأَنْيَّأْتُوْابِمِثْلِهَذَااْلقُرْأَنَلاَيَْأتُوْنَبِمِثْلِهِوَلَوْكَانَبَعْضُهُمْلِبَعْضٍظَهِيْرًا( الإسراء :88  
Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia. Sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lainnya.”( Qs.al-Isra’88)
Ø  Al-quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan untuk seluruh umat manusia.
Ø  Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah. Masih banyak keistimewaan al-Quran dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya.
Oleh karena itu, sebagai kitab suci umat Islam, kita harus berusaha mempelajari dan mengkaji al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah akan diperoleh berbagai keuntungan untuk hidup di dunia dan di akhirat. Karena dengan hanya membaca saja sudah merupakan ibadah kepada Allah apalagi jika kita dapat memahami dan mengamalkannya.
Sabda Rasulullah saw.:
  (عَلَيْكَبِتِلاَوَةِاْلقُرْأَنَفَإِنَّهُنُوْرٌلَّكَفِىاْلأَرْضِوَذُخْرُلَكَفِىالسَّمَاءِ (رواهابنماجه
Artinya: “atas engkau membaca al-Quran adalah cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”(HR. Ibn Majah)

2.3 Dalil Naqli dan Aqli Terkait dengan Iman Kepada Kitab-  Kitab Allah SWT

ü  Dalil Naqli     
Al-Qur’an:
     
Artinya:
“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (QS. Al-Baqarah:4).
Hadits Nabi SAW.:
: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.
Artinya:
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, (HR. Muslim). (dikutip dari himpunan hadits Arba’in karya Imam An-Nawawi)

ü  Dalil Aqli       
Allah SWT Maha ‘Alimun (tahu) bahwa manusia adalah makhluk yang dha’if (lemah). Sedangkan Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Rahman (Pengasih) dan Maha Rahim (Penyayang). Atas hal itulah Allah SWT berkehendak memberikan bimbingan kepada manusia agar tetap menjadi makhluk paling mulia di sisi-Nya dengan memberikan pedoman berupa kitab suci lengkap dengan uswah hasanah (contoh tauladan) yang berupa seorang Nabi dan Rasul.


2.4 Sikap Perilaku Beriman pada Kitab Kitab Allah
          Beriman kepada kitab kitab Allah SWT merupakan sikap mental atau pikiran dan perasaan. Oleh karena itu, mengetahui hakikat beriman atau tidak berimannya seseorang kepada kitab kitab Allah SWT, hanyalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata (syahadah), serta orang itu sendiri.
            Seseorang yang beriman lepada kitab kitab Allah SWT, tentu akan membuktikan imannya dengan sikap perilaku yang dapat diketahui oleh panca indera manusia.
            Sikap perilaku orang beriman kepada kitab Allah SWT antara lain :
1)      Mengakui dan menghormati kedudukan kitab kitab Allah sebelum Al Quran, yang dijadikan pedoman hidup oleh umat umat pada priode sebelum turunnya Al Qur’an
2)      Meyakini dan mengakui bahwa kitab suci Al Qur’an merupakan kitab yang paling utama dan yang paling terakhir. Al Qur’an membenarkan Kitab Allah SWT sebelumnya dan sebagai batu ujian yaitu ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat ayat yang diturunkan dalam kitab sebelumnya (Q.S.Al Maidah, 5:48)
3)      Meyakini dan mengakui bahwa Al Qur’an itu merupakan pedoman hidup, bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman.
4)      Menjalani hidup hanya untuk beribadah sebagaimana Al Quran menegaskan bahwa tujuan diciptakannya manusia ialah untuk beribadah
Menurut pengertian universal, ibadah adalah nama yang melingkupi segala yang disukai Allah SWT dan yang diridai-Nya, baik berupa perkataan, maupun berupa perbuatan, baik yang dikerjakan secara terang terangan maupun dikerjakan secara sembunyi sembunyi. Sedangkan inti dari beribadah adalah melaksanakan perintah Allah SWT dan meninggalkan yang dilarang-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak problem kehidupan yang tidak dapat diatasi oleh manusia.sepertinya:
o   Berbagai macam jenis penyakit timbul tanpa diketahui cara pengobatannya,
o   terjadinya bencana yang tidak disangka-sangka,
o   terjadinya gejolak sosial,dsb.
Semuanya itu merupakan dampak sikap sikap manusia yang meninggalkan al-Quran. Padahal Rasulullah saw. Telah berpesan dalam sabdanya yang berbunyi:
تَرَكْتُفِيْكُمْأَمْرَيْنِمَاإِنْتَمَسَكْتُمْبِهِمَالَنْتَضِلُّوْاأَبَدًاكِتَااللهِوَسُنَةَرَسُوْلَهُ. (رواهحكيم
Artinya: “kutinggalkan untukmu dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu (al-Quran) dan sunnnah rasulNya.”(al-Hakim) Dengan membaca dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang ada dalam al-Quran,akan:
a.       Menghilangkan kegelisahan bathin, bahkan penyakit jiwa yang erat kaitannya dengan penyakit jasmani.
b.      Meningkatkan kewaspadaan diri untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larang-Nya.
c.       Meningkatkan kesadaran bahwa apa yang diperbuat di atas dunia ini akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Dengan demikian, selaku seorang muslim haruslah kita:
·         Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan berpedoman dengan yang lainnya,
·         Berusaha untuk selalu menghormati, memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci al-Quran.
·         Senantiasa membaca al-Quran dalam segala kesempatan di kala suka maupun duka.
·         berusaha untuk memahami arti dan isi kandungannya
·         berusaha untuk mengamalkan isi kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.

2.5 Mukjizat Al-Quran

Al-Qur'an merupakan satu-satunya kitab samawi yang dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa tidak seorang pun yang mampu mendatangkan kitab sepertinya, meskipun seluruh manusia dan jin berkumpul untuk melakukan hal itu. Bahkan, mereka tidak akan mampu sekalipun untuk menyusun, misalnya, sepuluh surat saja, atau malah satu surat pendek sekalipun yang hanya mencakup satu baris saja.
Oleh karena itu, Al-Qur'an menantang seluruh umat manusia untuk melakukan hal itu. Dan banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menekankan tantangan tersebut. Sesungguhnya ketidakmampuan mereka untuk mendatangkan hal yang sama dan memenuhi tantangan tersebut merupakan bukti atas kebenaran kitab suci itu dan risalah Nabi Muhammad saw dari Allah SWT.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa Al-Qur'an telah membuktikan pengakuannya sebagai mukjizat. Sebagaimana Rasul saw, pembawa kitab ini, tersebut telah menyampaikannya kepada umat manusia sebagai mukjizat yang abadi dan bukti yang kuat atas kenabiannya hingga akhir masa.
Hari ini setelah 14 abad berlalu bahana suara Ilahi itu masih terus menggema di tengah umat manusia melalui media-media informasi dan sarana-sarana komunikasi, baik dari kawan maupun lawan. Itu semua merupakan hujjah atas mereka.
Dari sisi lain, nabi Muhammmad saw sejak hari pertama dakwahnya senantiasa menghadapi musuh-musuh Islam dan para pendengki yang sangat keras. Mereka telah mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatan untuk memerangi agama Ilahi ini. Setelah putus asa lantaran ancaman dan tipu daya mereka tidak berpengaruh sama sekali, mereka berusaha melakukan pembunuhan dan pengkhianatan. Akan tetapi, usaha jahat itu pun mengalami kegagalan berkat inayah Allah SWT dengan cara menghijrahkan Nabi saw ke Madinah secara rahasia pada malam hari.
Setelah hijrah, Rasul saw menghabiskan sisa-sisa umurnya yang mulia dengan melakukan berbagai peperangan melawan kaum musyrikin dan antek-antek mereka dari kaum Yahudi. Dan semenjak wafatnya hingga hari ini, orang-orang munafik dari dalam dan musuh-musuh Islam dari luar senantiasa berusaha memadamkan cahaya Ilahi ini. Mereka telah mengerahkan segenap kekuatan dalam rangka ini. Seandainya mereka mampu menciptakan sebuah kitab sepadan Al-Qur'an, pasti mereka akan melakukannya, tanpa ragu sedikitpun.
Di zaman modern sekarang ini, dimana kekuatan adidaya dunia melihat bahwa Islam adalah musuh terbesar yang sanggup mengancam kekuasaan arogan mereka, maka itu mereka senantiasa berusaha memerangi Islam dengan segala kekuatan dan sarana yang mereka miliki berupa materi, strategi, politik, dan informasi. Seandainya mereka mampu menjawab tantangan Al-Qur'an, dan sanggup menulis satu baris saja yang menandingi satu surat pendek darinya, pasti mereka sudah melakukannya dan menyebarkannya melalui media informasi dunia. Karena memang cara semacam itu (menyebarkan informasi ke seluruh dunia) merupakan usaha yang paling mudah dan paling efektif dalam menghadapi Islam dan menahan perluasannya.
Atas dasar uraian di atas, setiap manusia berakal yang mempunyai kesadaran yang cukup merasa yakin setelah memperhatikan hal-hal tersebut bahwa Al-Qur'an merupakan kitab samawi yang istimewa, yang tidak mungkin ditiru atau dipalsukan, dan tidak mungkin pula bagi setiap individu atau kelompok manapun untuk mendatangkan kitab yang sepadan dengannya, sekalipun mereka mengerahkan seluruh kekuatan dan telah menjalani pendidikan dan pelatihan demi hal itu.
Artinya, kitab suci itu memiliki ciri-ciri kemukjizatan, yaitu luar biasa, tak bisa ditiru dan dipalsukan, dan diturunkan sebagai bukti atas kebenaran kenabian seseorang. Tampak jelas bahwa Al-Qur'an merupakan bukti yang paling akurat dan kuat atas kebenaran klaim Muhammad saw sebagai nabi Allah. Dan agama Islam yang suci adalah hak dan karunia Ilahi yang paling besar bagi umat Islam. Al-Qur'an diturunkan sebagai mukjizat abadi hingga akhir masa, kandungannya merupakan bukti atas kebenarannya. Sebegitu sederhananya argumentasi ini hingga dapat dipahami oleh setiap orang dan dapat diterima tanpa mempelajarinya secara khusus.  
Setelah secara global kita mengetahui bahwa Al-Qur'an merupakan kalam dan mukjizat Ilahi, kami akan menjelaskan lebih luas lagi unsur-unsur kemukjizatan kitab suci ini.
1. Kefasihan dan Keindahan Al-Qur'an
Unsur pertama kemukjizatan Al-Qur'an ialah kefasihan dan balaghah-nya. Artinya, untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT menggunakan kata dan kalimat yang paling lembut, indah, ringan, serasi, dan kokoh. Melalui cara tersebut, Dia menyampaikan makna-makna yang dimaksudkan kepada para mukhathab (audiens), yaitu melalui sastra yang paling baik dan mudah dipahami.
Tentunya, tidak mudah memilih kata dan kalimat yang akurat dan sesuai dengan makna-makna yang tinggi dan mendalam kecuali bagi orang yang telah menguasai sepenuhnya ciri-ciri kata, makna yang dalam dan hubungan imbal balik antara kata dan maknanya agar dapat memilih kata dan ungkapan yang paling baik dengan memperhatikan seluruh dimensi, kondisi dan kedudukan makna yang dimaksudkan. Pengetahuan lengkap tentang hal itu tidak mungkin dapat dicapai oleh siapapun kecuali dengan bantuan wahyu dan ilham Ilahi
Sesungguhnya setiap manusia dapat mengetahui sejauh mana kandungan Al-Qur'an yang mencakup nada malakuti dan irama yang syahdu. Setiap orang yang mengetahui bahasa Arab, ilmu kefasihan dan keindahannya (Balaghah), pasti dapat menyentuh keunggulan sastra Al-Qur'an.
Adapun untuk mengetahui kemukjizatan Al-Qur'an dari unsur balaghah, kefasihan dan keindahan bahasanya, tidaklah mudah kecuali bagi orang-orang yang memiliki pengalaman dan spesialisasi di dalam pelbagai ilmu sastra Arab dan melakukan perbandingan antara keistimewaan-keistimewaan Al-Qur'an dan berbagai macam bahasa yang fasih dan baligh, serta menguji kemampuan mereka dengan melakukan analogi dalam hal itu. Pekerjaan semacam ini tidak sulit dilakukan kecuali oleh para penyair dan sastrawan Arab, karena keistimewaan orang-orang Arab yang paling menonjol pada masa diturunkannya Al-Qur'an ialah ilmu Balaghah dan sastra. Puncak kemahiran mereka pada masa itu tampak ketika mereka mengadakan pemilihan bait-bait kasidah dan syair—setelah diadakan penelitian dan penilaian—yang merupakan kegiatan seni dan sastra yang paling besar.
2. Ke-ummi-an Nabi saw
Kendati ukurannya tidaklah besar, Al-Qur'an adalah kitab suci yang mancakup berbagai pengetahuan, hukum-hukum dan syariat, baik yang bersifat personal maupun sosial. Untuk mengkaji secara mendalam setiap cabang ilmu tersebut memerlukan kelompok-kelompok yang terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing, keseriusan yang tinggi dan masa yang lama agar dapat diungkap secara bertahap sebagian rahasianya, dan agar hakikat kebenarannya bisa digali lebih banyak, meski hal itu tidak mudah, kecuali bagi orang-orang yang betul-betul memiliki ilmu pengetahuan, bantuan dan inayah khusus dari Allah SWT.
Al-Qur'an mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang paling tinggi, paling luhur dan berharga nilai-nilai akhlaknya, paling adil dan kokoh undang-undang pidana dan perdatanya, paling bijak tatanan ibadah, hukum-hukum pribadi dan sosialnya, paling berpengaruh dan bermanfaat nasehat-nasehat dan wejangannya, paling menarik kisah-kisah sejarahnya, dan paling baik metode pendidikan dan pengajarannya. Singkat kata, Al-Qur'an mengandung seluruh dasar-dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk merealisasikan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Semuanya itu dirangkai dengan susunan yang indah dan menarik yang tidak ada bandingannya, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mengambil manfaat darinya sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Terangkumnya semua ilmu pengetahuan dan hakikat di dalam sebuah kitab seperti ini mengungguli kemampuan manusia biasa. Akan tetapi yang lebih mengagumkan dan menakjubkan adalah bahwa kitab agung ini diturunkan kepada seorang manusia yang tidak pernah belajar dan mengenyam pendidikan sama sekali sepanjang hidupnya, serta tidak pernah walaupun hanya sejenak memegang pena dan kertas. Ia hidup dan tumbuh besar di sebuah lingkungan yang jauh dari kemajuan dan peradaban.
Yang lebih mengagumkan lagi, selama 40 tahun sebelum diutus menjadi nabi, ia tidak pernah terdengar ucapan mukjizat semacam itu. Sedangkan ayat-ayat Al-Qur'an dan wahyu Ilahi yang beliau sampaikan pada masa-masa kenabiannya memiliki metode dan susunan kata yang khas dan berbeda sama sekali dari seluruh perkataan dan ucapan pribadinya. Perbedaan yang jelas antara kitab tersebut dengan seluruh ucapan beliau dapat disentuh dan disaksikan oleh seluruh masyarakat dan umatnya. Sekaitan dengan ini, Allah SWT berfirman, "Dan kamu tidak pernah membaca sebelum satu bukupun dan kamu tidak pernah menulis satu buku dengan tanganmu. Karena jika kamu pernah membaca dan menulis, maka para pengingkar itu betul-betul akan merasa ragu [terhadap Al-Qur'an]". (QS. Al-'Ankabut: 48)
Pada ayat yang lainnya Allah SWT berfirman, "Katakanlah, 'Jikalah Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak pula memberi tahukannya kepadamu.' Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?" (QS.Yunus: 16)
Dan kemungkinan besar bahwa ayat 23 surah Al-Baqarah yang menegaskan, "Dan jika kalian masih merasa ragu terhadap apa yang kami turunkan kepada hamba Kami, maka buatlah yang serupa dengannya," menunjukan unsur kemukjizatan ini. Yakni, kemungkinan besar kata ganti "nya" yang terdapat pada kata "serupa dengannya" itu kembali kepada kata "hamba Kami".
Kesimpulannya, barangkali kita berasumsi—tentu mustahil—bahwa ratusan kelompok yang terdiri dari para ilmuan yang ahli di bidangnya masing-masing bekerja sama dan saling membantu itu mampu membuat kitab yang serupa dengan Al-Qur'an. Namun, tidak mungkin bagi satu orang yang ummi (tidak belajar baca-tulis sama sekali) mampu melakukan hal tersebut. Dengan demikian, kedatangan Al-Qur'an dengan segenap keistimewaan dan keunggulannya dari seorang yang ummi merupakan unsur lain dari kemukjizatan kitab suci itu.
3. Konsistensi Kandungan Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang Allah turunkan selama 23 tahun dari kehidupan Nabi Muhammad saw, yaitu masa-masa yang penuh dengan berbagai tantangan, ujian dan berbagai peristiwa yang pahit maupun yang manis. Akan tetapi, semua itu sama sekali tidak mempengaruhi konsistensi dan kepaduan kandungan Al-Qur'an serta keindahan susunan katanya. Kepaduan dan ketiadaan ketimpangan dari sisi bentuk dan kandungannya merupakan unsur lain dari kemukjizatan Al-Qur'an. Allah SWT berfirman, "Apakah mereka tidak merenungkan Al-Qur'an. Seandainya Al-Qur'an itu datang dari selain Allah, pasti mereka akan menemukan banyak pertentangan." (QS. An-Nisa': 82)
Penjelasan minimalnya, setiap manusia menghadapi dua perubahan. Pertama, pengetahuan dan pengalamannya itu akan bertambah dan berkembang. Semakin bertambah dan berkembangnya pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan kemampuannya, akan semakin mempengaruhi ucapan dan perkataannya. Sudah sewajarnya akan terjadi perbedaan yang jelas di antara ucapan-ucapannya itu sepanjang masa dua puluh tahun.
Kedua, berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan seseorang akan berdampak pada berbagai kondisi jiwa, emosi dan sensitifitasnya, seperti putus asa, harapan, gembira, sedih, gelisah, dan tenang. Perbedaan kondisi-kondisi tersebut berpengaruh besar dalam cara pikir seseorang, baik pada ucapannya maupun pada perbuatannya. Dan, dengan banyak dan luasnya perubahan tersebut, maka ucapannya pun akan mengalami perbedaan yang besar. Pada hakikatnya, terjadinya berbagai perubahan pada ucapan seseorang itu tunduk kepada perubahan-perubahan yang terjadi pada jiwanya. Dan hal itu pada gilirannya tunduk pula kepada perubahan kondisi lingkungan dan sosialnya.
Kalau kita berasumsi bahwa Al-Qur'an itu ciptaan pribadi Nabi saw sebagai manusia yang takluk kepada perubahan-perubahan tersebut, maka dengan memperhatikan berbagai perubahan kondisi yang drastis dalam kehidupan beliau akan tampak banyaknya kontradiksi dan ketimpangan di dalam bentuk dan kandungannya. Nyatanya, kita saksikan bahwa Al-Qur'an tidak mengalami kontradiksi dan ketimpangan itu.
Maka itu, kepaduan, konsistensi dan ketiadaan kontradiksi di dalam kandungan Al-Qur'an serta ihwal kemukjizatannya ini merupakan bukti lain bahwa kitab tersebut datang dari sumber ilmu yang tetap dan tidak terbatas, yakni Allah Yangkuasa atas alam semesta, dan tidak tunduk pada fenomena alam dan perubahan yang beraneka ragam.

2.6 Nama-Nama Lain dan Sifat Al Quran
Nama nama lain Al Qur’an diantaranya:
Al Furqon
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam,” (QS. Al
Furqaan: 1)
 At Tanzil
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),” (QS. Asy Syu’araa : 192-193)

Adz Dzikru
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Al Kitab
“Haa miim. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dhukaan : 1-3)
Al Quran
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, ” (QS. Al Israa’ : 9)
Adapun sifat sifat Al Qur’an, diantaranya :
·         Nur
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
·         Mubin
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran).” (QS. An Nisaa : 174)
·         Huda
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·         Syiifa
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·         Rahmah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·         Mau’idzah
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus : 57)
·         Basyir
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)
·         Nazir
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.” (QS. Al Baqarah : 19)
·         Mubarok
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” (QS. Shaad : 38)

2.7 Fungsi Beriman Kepada Kitab Kitab Allah
Fungsi beriman kepada Kitab Allah antara lain :
Ø  Mempertebal keimanan kepada Allah swt. Karena banyak hal-hal kehidupan manusia yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan dan akal manusia, maka kitab-kitab Allah mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik yang nampak maupun yang gaib.
Ø  Memperkuat keyakinan seseorang kepada tugas Nabi Muhammad saw. Karena dengan meyakini kitab-kitab Allah swt. Maka akan percaya terhadap kebenaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh nabi Muhammad saw.
Ø  Menambah ilmu pengetahuan. Karena di dalam kitab-kitab Allah, di samping berisi tentang perintah dan larangan Allah, juga menjelaskan tentang pokok-pokok ilmu pengetahuan untuk mendorong manusia mengembangkan dan memperluas wawasan sesuai dengan perkembangan zaman.
Ø  Menanamkan sikap toleransi terhadap agama lain. Karena dengan beriman kepada kitab-kitab Allah maka umat Islam akan selalu menghormati dan menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits.
Ø  Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat
Ø  Mengetahui riwayat umat masa lampa
Selain fungsi beriman kepada kitab Allah, menurut Imam As-Suyuthi, ada beberapa fadhilah Al-Qur’an berdasar hadits-hadits shahih, yakni:
a.         Al-Qur’an akan datang sebagai pemberi syafa’at bai yang membacanya.
b.         Surat-surat yang dibaca dan diamalkan akan menjadi pembela di hari qiyamat.
c.         Menjadikan orang yang mempelajari dan mengajarkan sebagai manusia yang paling baik.
d.        Orang mukmin yang suka membaca Al-Qur’an bagaikan buah utrujah yang harum dan manis.
e.         Allah SWT. akan mengangkat martabat manusia karena Al-Qur’an.
f.          Hanya boleh iri kepada orang yang faham dan mengamalkan Al-Qur’an.
g.         Setiap huruf akan mendapat 1 kebaikan yang dilipat gandakan 10 kali.
Ada beberapa hadits yang memberikan peringatan tentang orang-orang yang melalaikan Al-Qur’an, antara lain:
1.      Diperlihatkan kepadaku dosa-dosa ummatku, maka aku tidak melihat dosa yang lebih besar dari dosa (karena melupakan) satu surat atau ayat Al-Qur’an yang telah dihafal oleh seseorang kemudian dilupakannya”. (HR. Abu Dawud)
2.      Barang siapa membaca Al-Qur’an kemudian ia melupakannya maka ia akan menghadap Allah SWT. pada hari qiyamat dengan tangan buntung”. (HR. Bukhari – Muslim).
3.      Peliharalah baik-baik Al-Qur’an ! Demi Dzat yang diri Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh ia lebih cepat lepasnya ketimbang (lepasnya) unta dari ikatannya”. (HR. Bukhari – Muslim).
Dalam membaca Al-Qur’an tidak boleh sembarangan melainkan ada beberapa tata tertib (adab) yang harus diikuti. Adapun hal-hal (adab) yang harus diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an menurut Imam Ghozali adalah:
a.       Dalam keadaan suci dari hadats maupun najis.
b.      Di tempat yang bersih dari najis.
c.       Menghadap ke arah Qiblat.
d.      Mulut yang bersih, tidak sambil mengunyah/mengulum makanan, syukur bersiwak/bersugi terlebih dahulu.
e.       Memulai dengan membaca ta’awudz/isti’adzah.
f.       Membaca dengan tartil, yakni dengan jelas, pelan dan tenang.
g.      Memperhatikan makna yang dibaca dan meresapi maksudnya.
h.      Dengan suara yang bagus dan merdu.
i.        Tidak memutus bacaan karena ingin berbicara dengan orang lain
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kitab-kitab Allah adalah kitab-kitab dan shuhuf (lembaran-lembaran wahyu) yang di dalamnya tertulis firman Allah Ta’ala yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya.
Beriman kepada kitab-kitab Allah Ta’ala maksudnya adalah membenarkan dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah Ta’ala memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasulNya yang berisi kalamullah (firman Allah) dengan kebenaran yang nyata dan cahaya petunjuk yang jelas untuk disampaikan kepada hamba-hamba-Nya
            Beriman kepada semua kitab-kitab Allah merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun iman yang enam. Tidak sah keimanan seseorang kecuali dengan mengimaninya. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. 4:136)
             Allah Ta’ala juga berfirman, artinya, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), ‘Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’kub dan anak cucunya, dan apa yang telah diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya’.” (QS. al-Baqarah: 136)
             Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika ditanya oleh Malaikat Jibril tentang iman, “(Iman) itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan Hari Akhir serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Di antara kitab-kitab Allah yang wajib kita imani secara khusus adalah kitab-kitab yang telah disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan oleh Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam as-Sunnah. Kitab-kitab tersebut adalah :
ü  Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihimas salam.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji,” (QS. an-Najm: 36-37). Dan firman Allah Ta’ala, artinya, “Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam shuhuf-shuhuf terdahulu, (yaitu) shuhuf Ibrahim dan Musa.” (QS. al-A’la: 18-19).
ü  Taurat
Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam .
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat.” (QS. al-Qashash: 43).
ü  Zabur
Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud ‘alaihis salam.
Allah Ta’ala berfirman, “… dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. an-Nisa’: 163).
ü  Injil
Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘alaihis salam.
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu : Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil yang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 5:46).
ü   Al-Qur’an
Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai kitab yang membenarkan dan menjadi saksi bagi kitab-kitab sebelumnya. Al-Qur’an adalah kitab Allah yang paling akhir diturunkan, paling mulia dan paling sempurna serta penghapus masa berlakunya kitab-kitab yang sebelumnya. Al-Qur’an juga terjaga dari pengubahan dan pemalsuan, tidak sebagaimana yang terjadi pada kitab-kitab sebelumnya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu…” (QS. 5:48).
Allah Ta’ala berfirman, artinya:“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. al-Maidah: 15-16)
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9)
             Berdasarkan keimanan terhadap kitab-kitab Allah, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :
v  Kelompok pertama
orang yang mendustakan kitab-kitab Allah secara keseluruhan. Mereka adalah orang orang atheis dan musuh para rasul dari kalangan orang kafir, musyrik dan para ahli filsafat.
v  Kelompok kedua
orang yang beriman yang mengimani semua utusan Allah dan kitab-kitabNya yang telah diturunkan kepada mereka. Allah berfirman, artinya, “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya’…” (QS. al-Baqarah: 285).
v  Kelompok ketiga
orang yang mengimani sebagian kitab Allah dan mengingkari sebagian yang lain. Mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nashrani dan orang-orang yang mengikuti jalan keduanya. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka, artinya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada al-Qur’an yang diturunkan Allah’. Mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami’. Dan mereka kafir kepada al-Qur’an yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur’an itu (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka…” (QS. 2:91)








DAFTAR PUSTAKA

Syamsuri.2007.Pendidikan Agama Islam.Jakarta:Penerbit Erlangga
Nurseha,Adi(2009).Kitab Al-Quran Sebagai Pemersatu Umat Manusia.http://nuraurora.com, 20 Agustus 2011
An-Nur(2009).Beriman kepada Kitab Allah Ta’ala.www.hikmah-al-quran&mutiara-hadits.htm, 21 Agustus 2011
Yazid(2008).Iman kepada Malaikat dan Iman kepada Kitab Kitab.www.iman-kepada-malaikat-dan-iman-kepada-kitab-kitab.htm, 21 Agustus 2011


2 komentar: